Oleh : Muslimin, S.ThI., M.PdI.
Apa yang disebut kurikulum? Kurikulum ialah program untuk mencapai
tujuan.
Tujuan orang belajar agama (PAI
dan Budi Pekerti) agar dapat menjadikan hamba Allah yang beriman dan beramal
saleh. Seseorang dikatakan beriman bila ucapan, perbuatan, dan hatinya seirama,
ketiga-tiganya tidak dapat dipisahkan, umpama seseorang mengaku beriman kepada
kitab-kitab Allah, baik secara lisan maupun kemantapan didalam hati, tetapi
siang dan malamnya tanpa dilalui dengan bacaan Al-Quran!? Seseorang yang sudah
membaca Al-Quran tidak hanya berhenti sampai pada bacaan saja, tetapi perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, penerapan dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang disebut amal saleh.
Tujuan belajar Seni Budaya dan Prakarya (SBK) adalah memahami
keindahan-keindahan dan interpreneuorship, sehingga anak memahami
tentang keindahan dan mampu berdiri diatas kaki sendiri, karena sudah terlalu
banyak pengemis dijalanan dan pengemis dikantoran, menurut Bang Iwan
“tikus-tikus kantor” yang kita saksikan disetiap sudut lampu merah, perumahan,
masjid-masjid, dan di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Khusus untuk
di KPK itu banyak pengemis kantoran. Maka sudah saatnya kita tidak berlebihan
memanjakan anak, karena nanti mereka berpikir dan berbuat instan.
Tujuan belajar Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan
(Penjasorkes) siswa dapat memahami akan kepentingan hidup sehat, hidup sehat
secara jasmani tidak akan didapati tanpa olah raga. Olahragawan yang baik adalah
olahragawan yang juga memahami nilai-nilai yang ada dalam gerakan olah raga. Jangan
sampai anak bermain futsal hanya tahu berapa skor yang telah digolkan, bukan
nilai-nilai sportivitas, kebersamaan, mental juara dan lain-lain, padahal
disamping skor gol, nilai-nilai tersebut tidak kalah penting.
Tujuan belajar Tematik Integratif adalah untuk memberikan pemahaman
kepada anak dengan lengkap tidak persial, alias berdiri sendiri. Seperti tema “Lingkungan
Bersih, Sehat dan Asri” Sebagai contoh; biasanya selalu ada saja siswa itu izin
keluar ke Toilet, Pak! Permisi mau pipis. Ya, silahkan jangan lupa pakai alas
kaki ya nak! Izin pipis ke Toilet itu bisa menjadi materi bahan ajar. Coba nak
tadi pipiskan, ada berapa ruang toiletnya? Ini masuk kajian matematika. Tadi
pipisnya disiram tidak nak!? Siram pak, bagus…coba kalau orang pipis tidak
disiram banyak tidak kumannya? Nah…ini masuk dalam kajian IPA. Anak-anak tau
tidak manfaatnya kalau pipis toiletnya harus di siram? Apa coba? Agar bersih
pak! Nah..bersih itu masuk dalam kajian IPS. Materi ini bisa kita kembangkan
dan pareasikan dengan nilai-nilai positif lainnya.
Mau tau tidak kenapa Kurikulum 2013 muncul?
ü Karena selama ini para guru hanya mampu “copy pasti”, sudah bukan copy
paste lagi. Kurikulum 2013 tidak menciftakan guru administratif, tetapi
guru kreatif.
ü Penilaian hanya lebih pada penilaian kognitif untuk pelajaran
agama, Olah raga hanya penilaian psikomotor, SBK hanya penilaian produk, semua
pelajaran lemah pada penilaian afektif, dan kurikulum 2013 mulai dari ranah
afekti, baru ranah kognitif dan psikomor. Dalam bahasa agama anak dijadikan
benar dulu baru cerdas dan kuat.
ü Supervisi hanya dilakukan oleh supervisor pada benda mati [perangkat
pembelajaran] saja bukan pada peningkatan potensi dan wawasan guru. Lebih parah
lagi kalau supervisor hanya ingin mendapatkan tanda tangan sebagai bukti kalau
ia telah melakukan supervisi. Inilah sekelumit dasar munculnya kurikulum 2013.
Prinsip kurikulum 2013 perlu mendapat dukungan, walaupun banyak
yang pro dan kontra, wajar karena dinamika, tetapi perlu dibarangi oleh niat
baik, bukan niat proyek. Dan yang terpenting jangan sampai anak-anak hanya
menjadi tumbal dari ke-egoisan para pemangku jabatan.
Saran mendesak untuk perbaikan kurikulum 2013, Karena pusat pendidikan
ada pada guru, maka berikan kesempatan dan anggaran yang luas dan besar untuk
meningkatkan potensi dan kompotensi guru. Sehingga 20 tahun kedepan Indonesia
betul-betul menjadi Negara yang bermartabat, adil, damai, dan sejahterah.
Ingat tulisan ini baru mengulas satu pertanyaan, temukan
pertanyaa-pertanyaan lainnya pada edisi majalah SDI Az-Zahrah berikutnya. Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar